Bercengkrama dengan Pantai Midodaren/Widodaren, Pantai Tersembunyi di Selatan Jogja dengan Oseanografer
Kondisi Fisis Pantai dari Sudut Pandang Seorang Future Oceanographer
Bicara mengenai Pantai Widodaren, mungkin kamu penasaran kan, kenapa sih pantai ini diberi nama Pantai Widodaren?
Buat yang belum tahu, nama Widodaren yang dalam bahasa Jawa berarti bidadari memang sepertinya cocok untuk diberikan kepada pantai yang hening dan memiliki keindahan alami ini. Pada tulisan ini akan diulas informasi mengenai kondisi serta potensi apa saja yang dimiliki oleh Pantai Midodaren dari sudut pandang seorang yang sedang menimba ilmu jenjang Strata-1 pada Jurusan Oseanografi.
Pantai Widodaren terletak di Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta lebih tepatnya berada di sebelah timur Pantai Ngrenehan. Pantai Widodaren memiliki topografi wilayah di bawah tebing bebatuan dengan bibir pantai yang sempit serta akses jalan yang lebih sulit dengan berjalan 500–1000 meter melewati jalan setapak membelah bukit bebatuan untuk menempuhnya. Selanjutnya, Kita harus menuruni tebing setinggi 7 meter dengan menggunakan tangga kayu sederhana yang dibuat oleh penduduk sekitar untuk mencari ikan disekitaran pantai ini. Kondisi tangga kayu cukup aman digunakan secara bergantian meskipun penampilannya tampak kurang meyakinkan. Tidak ada akses jalan lain kecuali dengan menuruni batuan karang yang curam. sebelum dapat melihat keindahan yang terdapat pada pantai ini. Adapun, dapat dilihat berikut bentuk akses medannya dalam perjalanan menuju ke Pantai Widodaren.
Dapat dipastikan, sebab aksesnya yang tidak mudah, pantai ini masih sangat sepi pengunjung dan bahkan pada saya menyusuri pantai ini pada Bulan April 2021 pantai ini hanya dikunjungi oleh saya dan 2 orang lainnya yang hanya benar-benar mengetahui keindahan pantai ini. Tentunya, pantai ini belum terpoles dengan baik oleh masyaratnya maupun oleh pemerintah daerah. Namun, terlepas dari itu pantai ini sangat berpotensi menarik perhatian wisatawan. Potensi yang datang dari keunikan karakteristik dan kondisi pantai, yang menunjukan perbedaan yang mencolok dengan pantai pada umumnya.
Karakteristik Pantai Widodaren
Berdasarkan Buku “Sumber Daya Laut di Perairan Pesisir Gunungkidul, Yogyakarta (2015), BAB 2” oleh LIPI, mengutip teori Geosiklin oleh Panekoek (1949), terbentuknya pantai-pantai di selata Yogyakarta dipengaruhi oleh proses pengangkatan daratan (uplift peneplain) Jawa yang terjadi kala Miosen atau sekitar 22 Juta tahun yang lalu dan diikuti terjadinya patahan geser berarah utara — selatan. Struktur geologi ini berperan dalam pembentukan morfologi dan karakteristik pantai-pantai di Yogyakarta antara bagian timur dan bagian barat.
Pantai Widodaren ini termasuk wilayah pesisir pantai selatan Jawa dengan perairan terbuka dan berhadapan langsung dengan Samudera Hinida. Secara morfologi, bentuk Pantai Widodaren terlihat perairannya sedikit agak menjorok ke daratan atau biasa disebut dengan teluk. Menurut karakteristiknya, pantai ini merupakan jenis Pantai Berbukit Berpasir , dimana Pantai yang terjadi karena perbedaan pasang naik dan pasang surut yang besar. Dan berdasarkan bentuk geografisnya, pantai ini merupakan jenis Pantai Curam, dimana pantai ini biasanya bergunung-gunung. Karena peretakan yang memanjang sejajar pantai dan terkikis ombak yang besar, terjadilah tebing-tebing curam dan laut dalam. Argumen saya mengenai hal-hal tersebut dapat diperkuat dalam Buku “Sumber Daya Laut di Perairan Pesisir Gunungkidul, Yogyakarta (2015), BAB 2” oleh LIPI, yang menyatakan bahwa karakteristik dari pantai Yogyakarta bagian Timur (termasuk Pantai Widodaren) memiliki morfologi pantai berpasir sempit dan berbatu yang langsung berbatasan dengan tebing-tebing batu gamping. Relief pantainya tinggi dan curam dan garis pantai berkelok (embayment beach). Pantai Widodaren mempunyai substrat pasir halus dan kasar yaitu dimulai dengan zona pasir, diikuti dengan zona lamun, dan karang mati.
Menurut Jurnal Biospecies (Erik Prasetyo et al, 2019) meyatakan Pantai Widodaren mempunyai substrat pasir halus dan kasar yaitu dimulai dengan zona pasir, diikuti dengan zona lamun, dan karang mati.
Karena pantai ini masih belum ter-explore ke banyak wisatawan dan khalayak umum, agak sulit untuk menentukan menjelaskan hidro-oseanografi dan dinamikanya pada pantai ini melainkan dengan pengambilan data langsung, maupun dengan menggunakan rujukan dari jurnal referensi.
Berkaitan dengan Gelombang Laut di Pantai Widodaren
Menurut Jurnal Makara, Teknologi (Astrid dan Ranum, 2008) menyatakan bahwa tinggi gelombang disekitar pantai ini berkisar 0.3–1.7 m. Hal ini dapat merepresentasikan nilai tinggi gelombang pada Pantai Widodaren.
Kriteria dari tinggi gelombang diatas dilihat berdasarkan informasi yang tedapat pada laman web BMKG dengan mengadopsi dari WMO (World Meteorological Organisatio) Sea State Code. Dimana terlihat untuk Pantai ini, memiliki karakteristik tinggi gelombang yang rendah menuju sedang. Penelitian ini relevan dengan hasil penelitian LIPI pada bukunya “Sumber Daya Laut di Perairan Pesisir Gunungkidul, Yogyakarta (2015), BAB 2” menyebutkan bahwa di Pantai Selatan tinggi gelombang rata-rata berkisar antara 0.8–1.6 m, dan periode gelombang 11–35 detik. Gelombang ini merupakan gelombang yang menggulung tinggi (swell) dengan daerah pembangkitnya di Samudera Hindia.
Berbicara mengenai energi gelombang, secara sepintas dapat diperoleh energi gelombang yang terjadi di sepanjang Selatan Yogyakarta cukup tinggi. Namun, bila dibandingkan dengan energi gelombang dari Samudera Hindia yang terpantau mencapai 50 kW per m² (Hemmer dan Griffin, 2010) dalam buku “Sumber Daya Laut di Perairan Pesisir Gunungkidul, Yogyakarta(2015), BAB 4, oleh LIPI, energi gelombang ini tergolong masih lemah dan akan mempengaruhi proses sedimentasi, kehidupan organisme perairan, perikanan, dan produktivitas ekosistem.
Berkaitan dengan Pasang Surut di Pantai Widodaren
Untuk mengetahui jenis pasang surut laut dapat digunakan bi langan Formzal (Hydrographer of the Navy, 1969). Berdasarkan Jurnal Forum Teknik (Haryono dan Sri, 2004), dalam penelitiannya didapat bahwa untuk nilai formzahl Perairan Selatan Jawa (termasuk Pantai Widodaren) dalam terdapat dalam rentang 0.25 < F < 1.50 dimana mengindikasi bahwa jenis pasang surut adalah pasang surut laut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevelailing semidiurnal tide). Untuk jenis pasang surut ini, didapatkan amplitudo paling besar pada komponen pasut (M2) dengan periode 12,42 jam. Artinya, di perairan Selatan Jawa ini terjadinya 2 kali (pasang) dan 2 kali (surut) dalam satu hari tetapi, terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi (amplitudo) dan waktu yang berbeda.
Elevasi pasang surut di Pantai Widodaren diambil dari laman web: http://tides.big.go.id/pasut/index.html untuk melihat prediksi pasut, kemudian dengan memasukkan periode waktu didapatlah hasil elevasi muka lautnya dimana, tercatat amplitudonya tertingginya berkisar 1.1–1.2 m. Dengan morfologi pantai yang tidak terlalu mejorok ke daratan, maka, ketika pasang laut cukup menutupi seluruh bagian Pantai Widodaren ini.
Berkaitan dengan Arus Laut di Pantai Widodaren
Arus perairan selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (termasuk Pantai Widodaren) yaitu arus Ekman dan memiliki pola arus yang beraturan (Asa N et al, 2016). Pembangkit utama arus pada perairan ini adalah angin tenggara dan angin musim. Saat di samudra Hindia, arus bergerak dari arah tenggara menuju ke arah barat laut. Hal ini dikarenakan tekanan angin tenggara lebih kuat dari angin musim. Saat mendekati pantai, arus dibelokkan oleh angin musim, sehingga arah arus berubah mengikuti arah angin musim.
Pada saat saya berkunjung ke Pantai ini, pada Bulan April. Bulan April masuk kedalam perida Musim Peralihan I (musim barat ke timur). Pada musim ini, angin bergerak dipengaruhi oleh angin tenggara dan angin musim timur. Sehingga, arus menuju pantainya juga dipengaruhi oleh musim timur yakni bergerak dari arah Tenggara (Benua Australia) menuju Barat Laut (Benua Asia) namun, masih terdapat efek pembelokan dari peralihan musim . Menurut Asa N et al, (2016) kecepatan anginnya tercatat dalam rentang 0.18m/s –0.24m/s.
Arah arus sendiri, dikaitkan dengan posisi matahari pada bulan April. Pada bulan tersebut posisi matahari berada di BBU akan menuju BBS, dimana bagian utara akan lebih banyak menerima intensitas radiasi dari matahari dibanding pada bagian selatan. Membuat bagian utara memiliki tekanan udara lebih rendah dibandingkan selatan. Teorinya, angin akan bergerak dari tekanan yang tinggi menuju tekanan yang rendah. Itulah sebabnya, arah arus dari perairan ini juga bergerak dari selatan menuju utara (mengikuti pola angin musiman).
Karena dari klasifikasi Pantai Widodaren ini termasuk pantai yang curam, maka tidak disarankan untuk melakukan snokerling sebab cukup berbahaya. Aktivitas lain yang disarankan selain bermain dan berenang juga dapat dilakukan untuk memancing hingga camping dibagian bukitnta. Perlunya dilakukan pengembangan potensi keindahan serta fasilitas yang mendukung untuk Pantai Widodaren dengan segera untuk menunjak kepariwisataan terhadap perairan di Gunungkidul.
Beli leci dimakan ular sanca, terima kasih buat yang baca :)
Reference:
Anonim, 2017, Modul Pengetahuan Teknik Pantai: Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumberdaya Air dan Konstruksi, Cicaheum, Bandung.
Pratiwi, A., N., et al, 2018, Studi Pola Arus Perairan Selatan Daerah Istimewa Yohyakarta dengan Menggunakan Metode Penginderaan Jauh, Jurnal Ilmiah Rinjani 6(1): 33–38.
Damayanti, A., and Ranum A., 2008, Karakteristik Fisik dan Pemanfaatan Pantai Karst Kabupaten Gunungkidul, Jurnal Makara Teknologi 12(2): 91–98.
Haryono and Sri , N., 2004, Karakteristik Pasang Surut di Pulau Jawa, Jurnal Forum Teknik 28(1): 1–5.
Sasmito, B., 2020, Kajian Dinamika Pasang Surut Pantai Selatan ulau Jawa dengan Data Altimetri, Jurnal Elipsoida 3(1): 80–86.
Muchtar, M., et al, 2015, Sumber Daya Laut di Perairan Pesisir Gunungkidul, Yogyakarta, LIPI Press, Jakarta.
https://maritim.bmkg.go.id/info/3/Prakiraan-Gelombang-dan-Hujan-24-jam (Diakses pada 02/05/2021).
http://tides.big.go.id/pasut/index.html (Diakses pada 02/05/2021).